Nama Mahasiswa: Nuril Imanudin
NIM: 837739423
Semester 7
Mata Kuliah: Praktikum IPA di SD PDGK 4107
Nama Mahasiswa: Nuril Imanudin
NIM: 837739423
Semester 7
Mata Kuliah: Praktikum IPA di SD PDGK 4107
Nama Mahasiswa: Christina Dwi Nurwijayanti
NIM: 837739638
Semester 7
Mata Kuliah: Praktikum IPA di SD PDGK 4107
Lampiran Foto Praktikum IPA
Dokumentasi
Kegiatan Praktikum Mengamati Makhluk Hidup
Dokumentasi
Kegiatan Praktikum Mengamati Gerak Tumbuhan
Dokumentasi
Kegiatan Praktikum Respirasi Memerlukan Oksigen
Dokumentasi
Kegiatan Praktikum Simbiosis Parasitisme
Dokumentasi
Kegiatan Praktikum Simbiosis Komensalisme
Dokumentasi
Kegiatan Praktikum Simbiosis Mutualisme
Dokumentasi
Kegiatan Praktikum Perkembangbiakan Tumbuhan
Membuat Pojok Baca untuk Meningkatkan Minat Membaca Murid
Oleh
FX Deni Iswanto, S.Pd.
CGP Angkatan 2 Kota Bandar Lampung
1. Fakta
A. Latar Belakang
Awal pembelajaran
setelah pasca BDR membuat motivasi belajar murid menurun drastis. Banyak murid
yang sepertinya terlena dengan pembelajaran daring. Butuh sebuah usaha yang
tidak mudah untuk kembali menumbuhkan semangat dan motivasi murid saat sekolah
mulai dibuka kembali. Seorang pendidik yang berperan sebagai pemimpin dalam
pengelolaan sumber daya dituntut mampu melihat potensi dan kekuatan dari sumber
daya yang dimiliki sekolah. Dalam melakukan identifikasi menggunakan sebuah
pendekatan yaitu pendekatan berbasis aset (asset based thingking) yang dikenal
dengan pengembangan komunitas berbasis aset (PKBA) dan mampu memanfaatkan
sumber daya tersebut secara optimal dengan cara meningkatkan mutu dan
mengembangkan sumber daya yang ada serta mampu melakukan koordinasi dan
membangun kolaborasi yang baik antara warga sekolah terutama dengan rekan sejawat.
Banyak aset sekolah yang belum mampu
dimaksimalkan untuk mendukung proses pembelajaran. Untuk itu perlu sebuah
program yang mampu memotivasi belajar siswa.
Harapannya dengan kegiatan ini dapat
wujudkan dan mengembangkan potensi dan kekuatan modal tersebut sehingga
terwujudnya merdeka belajar yang dicita-citakan.
B. Alasan Mengapa Melakukan Aksi Nyata
Pemilihan
kegiatan pengelolaan sumber daya
sekolah, yaitu pembuatan pojok baca sebagai aksi nyata yang dilakukan dengan
alasan untuk meningkatkan motivasi dan semangat belajar anak. Dalam aksi nyata
ini saya memberikan kesempatan kepada murid untuk membantu membuat pojok baca
yang akan digunakan sebagai tempat meletakkan buku-buku untuk bahan literasi.
C. Tujuan
Kegiatan aksi
nyata yang dilakukan bertujuan untuk:
D.
Deskripsi Aksi Nyata Yang Dilakukan
Aksi nyata yang
dilakukan berupa kegiatan membuat pojok baca sebagai bentuk aksi nyata modul
3.2 yaitu pemimpin sebagai pengelolaan sumber daya. Adapun langkah-langkah
kegiatan aaksi nyata berpedoman pada tahapan BAGJA yaitu:
Buat Pertanyaan (B):
Bagaimana cara
memanfaatkan aset sekolah untuk menumbuhkan minat membaca pada murid saat pembelajaran
tatap muka terbatas (PTMT) di sekolah?
Ambil Pelajaran (A):
Bagaimana
memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah berupa buku perpustakaan sebagai
sumber pembelajaran di kelas.
Gali Mimpi (G):
Mempunyai pojok
baca sebagai tempat bagi murid dalam menumbuhkan kecintaan untuk membaca
sebagai bagian dari budaya literasi.
Jabarkan Rencana (J)
Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat untuk membuat pojok
baca yang diisi dengan berbagai macam buku dari perpustakaan dan dari murid.
Atur Eksekusi (A):
Mengajak rekan sejawat dan murid untuk membuat pojok baca.
E. Hasil Aksi Nyata Yang Dilakukan
Keterlaksanaan dari kegiatan aksi nyata ini sebenarnya sudah dilakukan dari bulan Agustus. Adapun hasil aksi nyata dari kegiatan ini adalah adanya pojok baca di kelas sebagai sarana anak untuk belajar dalam mewujudkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
2. Perasaan
Perasaan yang muncul dalam diri saya ketika menerapkan kegiatan aksi nyata modul 3.2 ini adalah merasa yakin bahwa banyak hal bisa dilakukan untuk mewujudkan sebuah gagasan untuk membuat sebuah program yang memanfaatkan aset sekolah. Optimis muncul saat anak-anak bersemangat dalam mendukung pembuatan pojok baca ini.
3. Pembelajaran
Pembelajaran yang diperoleh dari keseluruhan aksi nyata:
Kegagalan
Pojok baca yang sudah dibuat belum maksimal dan perlu dibenahi lagi terutama dalam penataan tempat. Ruang yang terbatas membuat pojok baca terkesan masih sangat minim dan belum dapat memuat berbagai macam buku seperti yang diharapkan.
Keberhasilan
Mampu membuat pojok baca yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran, menumbuhkan semangat dan motivasi belajar murid karena dilakukan secara bersama tanpa kompetisi.
4. Penerapan Ke Depan
Rencana perbaikan
untuk masa mendatang mengacu pada keberhasilan yang dicapai, yaitu dapat
memaksimalkan kembali pojok baca yang sudah dibuat untuk menumbuhkan minat
murid dalam membaca.
Dokumentasi
Kegiatan Aksi Nyata
Link video kerjasama dengan Puskesmas:
1. https://youtu.be/w8sOgJ0LTFs
2. https://youtu.be/oy-GzTnjQlM
Menumbuhkan Kegemaran Murid Untuk Membaca Melalui “Program Budaya Literasi” dengan Pembuatan Pojok Baca Kelas di SDN 1 Pesawahan untuk mewujudkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Oleh
: FX Deni Iswanto, S.Pd.
CGP
Angkatan 2 Kota Bandar Lampung
Latar Belakang Aksi Nyata
Dalam kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di SDN 1 Pesawahan, kegiatan pembelajaran belum sepenuhnya mendukung proses pembelajaran yang aktif, efektif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi murid. Hal ini membuat lingkungan kelas kelas 6A SDN 1 Pesawahan belum bisa bertumbuh dan berpusat pada murid. Oleh karena itu membutuhkan sentuhan dari guru dan murid selaku modal manusia untuk mengelola lingkungan kelas sebagai aset fisik. Diharapkan hal tersebut dapat mewujudkan kondisi kelas menyenangkan seperti pengelolaan ruang kelas, pemasangan kesepakatan kelas diawal tahun ajaran baru, pembuatan pojok baca di ruang-ruang kelas sebagai bahan literasi dan menumbuhkan kegemaran membaca murid dalam literasi membaca di kelas. Program Budaya Literasi yang ada di kelas 6A SDN 1 Pesawahan diharapkan sesuai kondisi yang ada dan diharapkan keaktifan murid kelas 6A SDN 1 Pesawahan dalam kegiatan “Budaya Literasi” dengan mengaktifkan kembali kegiatan literasi melalui pembuatan pojok baca.
Program Budaya Literasi sebagai program literat di SDN 1 Pesawahan
adalah salah satu pengelolaan program yang berdampak pada murid dengan pembentukan tim literasi kelas 6A SDN
1 Pesawahan. Semua murid dibantu para guru bisa belajar mengorganisir kegiatan
terkait literasi berdiferensiasi di kelasnya masing-masing. Diawali dengan
pengelompokan jenis bahan bacaan oleh tim pelaksana kegiatan kemudian kedepannya diharapkan dengan evaluasi dan
umpan balik kegiatan ini akan terus dikembangkan. Program ini diharapkan menjadi
program yang berkelanjutan di SDN 1 Pesawahan.
Tujuan “Program Budaya Literasi” dengan membuat pojok baca kelas di SDN
1 Pesawahan adalah untuk mewujudkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dengan menumbuhkan
kegemaran membaca murid melalui “Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.
Program Budaya Literasi di SDN 1 Pesawahan telah memiliki kesepakatan
kelas dan dikoordinir oleh para murid dan sebagai pemimpin kegiatan tersebut
telah membuat jadwal harian yang
disepakati agar program berjalan sesuai tujuan program.
Kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dari
murid untuk murid melibatkan guru dan kepala sekolah serta pertemuan rutin tim
literasi untuk membahas kemajuan pelaksanaan literasi sekolah. Program ini juga
tak lepas dari dukungan dari orang tua dan komite sekolah.
Lini Masa Tindakan Program
Buat Pertanyaan Utama
Bagaimana menumbuhkan kegemaran membaca murid melalui Program Budaya
Literasi di SDN 1 Pesawahan?
Ambil Pelajaran
Murid yang gemar membaca mengajak teman-temannya untuk bersama-sama mengaktifkan kegiatan “Program Budaya Literasi” di sekolah dengan memanfaatkan Pojok Baca yang telah dibuat.
Gali Mimpi
Murid yang memiliki kegemaran membaca dalam kegiatan literasi di
sekolah adalah murid yang mampu menjadi teladan dan mengajak murid lain dalam
Program “Budaya Literasi” di sekolah.
Guru mempunyai kebiasaan positif berliterasi serta mengarahkan murid
untuk rajin membaca untuk menggiatkan “Program Budaya Literasi”.
Guru memotivasi murid untuk gemar
membaca baik di sekolah maupun pada lingkup keluarga di rumah.
Komunitas praktisi SDN 1 Pesawahan
terlibat dalam kegiatan “Program Budaya Literasi” di Sekolah.
Jabarkan Rencana
Program Gerakan Literasi di SDN Pesawahan dapat berjalan dengan baik dengan keterlibatan semua warga sekolah. Murid yang menjadi pelaksana kegiatan mempunyai kebebasan untuk membuat jadwal harian dengan menunjuk siapa yang memimpin dan menyiapkan buku untuk kegiatan membaca dibimbing dan diarahkan oleh guru. Orangtua dan komunitas praktisi sekolah memberikan dukungan dan motivasi pada “Program Budaya Literasi” di sekolah. Monitoring dilakukan oleh murid dan untuk murid. Evaluasi melibatkan guru, pimpinan sekolah dan orangtua murid.
Atur Eksekusi
Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah SDN 1 Peswahan yaitu ibu
Hj.Rosina, S.Pd., M.M. untuk pelaksanaan kegiatan aksi nyata.
Berkolaborasi dengan teman sejawat dalam komunitas praktisi SDN 1
Pesawahan terkait rencana pelaksanaan “Program Budaya Literasi”.
Memberikan pembekalan awal kepada murid saat pembelajaran tatap muka terbatas terkait arti penting literasi dan bentuk-bentuk
kegiatan literasi yang bisa dilakukan dalam “Program Budaya Literasi” dan
menyampaikan gambaran keberhasilan dalam “Program Budaya Literasi”.
Menggali minat dan potensi murid untuk memimpin dalam “Program Budaya
Literasi” dengan pembuatan pojok baca di SDN 1 Pesawahan.
Melakukan pemetaan kebutuhan murid di kelas berdasarkan minat dalam “Program
Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.
Melibatkan murid sebagai tim pelaksana dalam “Program Budaya Literasi” di
SDN 1 Pesawahan.
Struktur tim meliputi penanggung jawab, pengarah, koordinator utama,
koordinator harian, dan koordinator penyiapan buku dalam “Program Budaya
Literasi” di SDN 1 Pesawahan.
Membuat kesepakatan kelas terkait pelaksanaan pembiasaan membaca dalam
literasi dalam bentuk pembagian jadwal piket tim pelaksana harian dalam “Program
Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.
Melakukan kolaborasi dengan orang tua untuk memberikan dukungan kepada
anaknya yang memiliki kegemaran membaca berupa pengadaan buku bacaan yang
variatif dalam “Program Budaya Literasi”
Menyiapkan tempat untuk menyusun buku yang diletakkan di sudut-sudut
kelas dengan masing-masing jenis bahan bacaan sesuai minat murid di kelas dalam
“Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.
Monitoring oleh guru dan murid dilakukan selama proses literasi
berdiferensiasi berlangsung dalam “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.
Evaluasi dilakukan guru dan murid setelah satu minggu pelaksanaan
kegiatan dalam “Program Budaya Literasi” SDN 1 Pesawahan.
Melakukan promosi hasil pelaksanaan program ke komunitas sekitar melalui media sosial dalam “Program Budaya Literasi” SDN 1 Pesawahan.
Dukungan yang dibutuhkan pada “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan
Dukungan dari pihak sekolah terutama terkait pengadaan sarana dan
prasarana berupa pengadaan rak buku dalam kegiatan “Program Budaya Literasi” SDN
1 Pesawahan di pojok baca kelas.
Dukungan dari sekolah terkait penyediaan buku bahan bacaan berbagai
jenis buku dalam kegiatan “Program Budaya Literasi” SDN 1 Pesawahan.
Dukungan dari sejawat dalam komunitas praktisi sekolah untuk
pelaksanaan dalam kegiatan “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.
Dukungan dari murid berupa pengadaan buku penunjang bervariasi dalam “Program
Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.
Dukungan orang tua dalam memberikan dorongan kepada anaknya agar aktif
mengikuti kegiatan “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.
MODUL
3.1.A.10 AKSI NYATA
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
OLEH
FX
DENI ISWANTO, S.Pd.
CG
P ANGKATAN 2
KOTA
BANDAR LAMPUNG
1.
Facts ( Peristiwa )
Sebagai wali kelas 6 yang menentukan murid untuk lulus atau tidak lulus saya merasakan hal yang sangat berat dimasa pandemi ini. Semua terasa sirna saat sekolah mulai dibuka kembali meskipun dengan suasana yang berbeda. Sedikit demi sedikit suasana pembelajaran mulai membaik. Pembelajaran merasa lebih menarik setelah kurang lebih 1,5 tahun murid belajar secara daring. Semenjak sekolah dibuka saya mulai mendekati satu per satu murid-murid saya. Dalam 1 minggu murid hanya 2 kali masuk sekolah selama 2 jam sedangkan target pembelajaran dalam 1 minggu menyelesaikan 6 Pb.
Semua persiapan kami lakukan untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara maksimal.
Satu hal yang kami pikirkan selain dari kegiatan
yang bersifat kognitif, hal yang juga tidak kalah penting yaitu “Kondisi Sosial
emosional anak”.
Bagaimana kita sebagai
seorang guru dapat menumbuhkan kemampuan
sosial emosional anak pada masa pandemi.
Alasan saya melakukan aksi nyata ini
Saya ingin berbagi sharing dengan rekan sejawat dengan apa yang telah saya dapat dan pelajari dari setiap modul yang ada di LMS. Salah satunya yaitu Sosial Emosional Learning yang membantu saya untuk dapat memecahkan masalah yang terjadi “Menumbuhkan kemampuan sosial emosional anak“. Selanjutnya , dalam mengatasi masalah yang terjadi di sekolah saya akan menerapkan “Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan menerapkan 3 prinsip, 4 paradigma dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan, saya akan berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk menjadwalkan pertemuan bersama rekan sejawat. Dalam kasus tersebut saya mengambil paradigma Justice vs Mercy dengan prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End - Based Thinking). Disinilah kita sebagai Pemimpin Pembelajaran mencari tahu cara memecahkan masalah yang terjadi pada masa pandemi ini dalam menumbuhkan kemampuan sosial emosional adalah hal yang terpenting untuk murid. Untuk menyelesaikan dan mengambil keputusan maka saya menerapkan dari 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan terhadap masalah kasus tersebut adalah:
·
Pertama,
mengenali nilai-nilai yang
bertentangan. Dalam hal ini adalah
jika pembelajaran secara daring dilakukan
secara terus menerus maka, murid tidak mendapatkan kemampuan
sosial emosional secara maksimal.
Karena menumbuhkan kemampuan sosial
emosional dapat dilakukan dengan cara tatap muka/bersosialisasi.
·
Kedua, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. Kepala Sekolah,
Guru, orang tua dan murid.
·
Ketiga, mengumpulkan fakta
yang relevan. Murid terlihat tidak aktif berkomunikasi dengan teman-temannya, malu
untuk menyapa teman dan terlihat
pasif dalam pembelajaran.
·
Keempat,
melakukan
pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran dan uji
panutan. Kesimpulannya tak ada pelanggaran
hukum maupun moral tetapi hal ini berlangsung terus menerus maka kemampuan sosialisasi anak tidak
tumbuh dan berkembang dengan baik.
·
Kelima,
pengujian
paradigma benar lawan benar yakni rasa keadilan lawan rasa kasihan.
·
Keenam,
Melakukan
3 prinsip resolusi Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End - Based Thinking).
·
Ketujuh, investigasi opsi trilemma. Membuat program (Budaya
Literasi), yaitu mengajak murid
membaca buku sebelum memulai pembelajaran dan emancing siswa untuk aktif dalam
pembelajaran deng an bertanya jawab setelah membaca buku.
·
Kedelapan,
membuat
keputusan: Tetap memberikan pembelajaran yang dapat memantik murid untuk menumbuhkan kemampuan
sosial emosional secra terjadwal.
· Kesembilan, melihat kembali keputusan dan melakukan refleksi. Meminta rekan sejawat untuk bersama-sama melakukan refleksi terhadap kasus dilema etika tersebut sehingga jika berdampak baik bagi murid maka akan dijadikan program selama masa pandemi.
2. Perasaan (Feelings)
Adanya rasa kasih sayang, tanggung
jawab dan peduli terhadap
tumbuh kembang murid secara optimal
di masa Emas (Golden Age).
Yakin dan optimis program tersebut dapat dilaksanakan.
3. Pembelajaran (Findings)
Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan keseluruhan aksi (baik dari
kegagalan maupun keberhasilan) :
Perlu adanya komunikasi, koordinasi dan kolaborasi atau kerjasama yang solid
dengan seluruh steakholder yang ada di sekolah sebagai
panutan.
Menentukan siapa-siapa yang terlibat,
fakta yang relevan, dan manfaat yang akan di peroleh.
Adanya komitmen dan mau mengevaluasi sebagai bentuk refleksi.
4. Penerapan Kedepan (Future)
Rencana perbaikan untuk di masa mendatang
Saya sebagai calon guru penggerak akan melakukan pendekatan secara personal terhadap murid untuk bersama-sama mendukung
dan menjalankan “Program
Budaya Literasi” dengan tetap menjaga dan melaksanakan protocol kesehatan saat belajar di sekolah.
Keterampilan pengambilan keputusan pada kasus yang mengandung dilema
etika dengan mempertimbangkan empat paradigma dilema etika, tiga prinsip
resolusi, sembilan langkah
pengambilan dan pengujian keputusan harus terus diasah dan dipraktikkan dengan
melibatkan kepala sekolah,
teman sejawat serta murid
sebagai yang paling terdampak dari keputusan yang kita buat.
Sebagai pendidik, mari mengaktualisasikan semua harapan
dan cita-cita dalam perjuangan nyata agar menjadi
penggerak bagi ekosistem
sekolah dan lingkungan sekitar. Semoga pendidik
menjadi penerang dan membawa perubahan besar bagi pendidikan di Indonesia. Tetaplah semangat untuk terus
bergerak karena perjalanan kita sebagai pendidik masih panjang.
#guru_bergerak
#Indonesia_maju