Powered By Blogger

Minggu, 05 Desember 2021

Praktikum IPA di SD PDGK 4107

Nama Mahasiswa: Nuril Imanudin

NIM: 837739423

Semester 7

Mata Kuliah: Praktikum IPA di SD PDGK 4107


Praktikum IPA di SD PDGK 4107

Nama Mahasiswa: Christina Dwi Nurwijayanti

NIM: 837739638

Semester 7

Mata Kuliah: Praktikum IPA di SD PDGK 4107


Lampiran Foto Praktikum IPA


Dokumentasi Kegiatan Praktikum Mengamati Makhluk Hidup

 

     

      

   

    



   

Dokumentasi Kegiatan Praktikum Mengamati Gerak Tumbuhan

 

  


  



Dokumentasi Kegiatan Praktikum Respirasi Memerlukan Oksigen

 



Dokumentasi Kegiatan Praktikum Simbiosis Parasitisme

 



Dokumentasi Kegiatan Praktikum Simbiosis Komensalisme

 



Dokumentasi Kegiatan Praktikum Simbiosis Mutualisme

 




Dokumentasi Kegiatan Praktikum Perkembangbiakan Tumbuhan

 







Selasa, 09 November 2021

3.2.a.10. Aksi Nyata – Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 Membuat Pojok Baca untuk Meningkatkan Minat Membaca Murid

Oleh

FX Deni Iswanto, S.Pd.

CGP Angkatan 2 Kota Bandar Lampung



 

1.       Fakta

A. Latar Belakang

Awal pembelajaran setelah pasca BDR membuat motivasi belajar murid menurun drastis. Banyak murid yang sepertinya terlena dengan pembelajaran daring. Butuh sebuah usaha yang tidak mudah untuk kembali menumbuhkan semangat dan motivasi murid saat sekolah mulai dibuka kembali. Seorang pendidik yang berperan sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dituntut mampu melihat potensi dan kekuatan dari sumber daya yang dimiliki sekolah. Dalam melakukan identifikasi menggunakan sebuah pendekatan yaitu pendekatan berbasis aset (asset based thingking) yang dikenal dengan pengembangan komunitas berbasis aset (PKBA) dan mampu memanfaatkan sumber daya tersebut secara optimal dengan cara meningkatkan mutu dan mengembangkan sumber daya yang ada serta mampu melakukan koordinasi dan membangun kolaborasi yang baik antara warga sekolah terutama dengan rekan sejawat.

Banyak aset sekolah yang belum mampu dimaksimalkan untuk mendukung proses pembelajaran. Untuk itu perlu sebuah program yang mampu memotivasi belajar siswa.

Harapannya dengan kegiatan ini dapat wujudkan dan mengembangkan potensi dan kekuatan modal tersebut sehingga terwujudnya merdeka belajar yang dicita-citakan.

B. Alasan Mengapa Melakukan Aksi Nyata

Pemilihan kegiatan pengelolaan  sumber daya sekolah, yaitu pembuatan pojok baca sebagai aksi nyata yang dilakukan dengan alasan untuk meningkatkan motivasi dan semangat belajar anak. Dalam aksi nyata ini saya memberikan kesempatan kepada murid untuk membantu membuat pojok baca yang akan digunakan sebagai tempat meletakkan buku-buku untuk bahan literasi.

C. Tujuan

Kegiatan aksi nyata yang dilakukan bertujuan untuk:

  1. Menumbuhkan motivasi dan semangat belajar murid untuk rajin belajar dengan membaca buku.
  2. Memanfaatkan aset yang ada di sekolah berupa buku perpustakaan untuk membuat pojok baca di kelas.

D. Deskripsi Aksi Nyata Yang Dilakukan

Aksi nyata yang dilakukan berupa kegiatan membuat pojok baca sebagai bentuk aksi nyata modul 3.2 yaitu pemimpin sebagai pengelolaan sumber daya. Adapun langkah-langkah kegiatan aaksi nyata berpedoman pada tahapan BAGJA yaitu:

Buat Pertanyaan (B):

Bagaimana cara memanfaatkan aset sekolah untuk menumbuhkan minat membaca pada murid saat pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di sekolah?

Ambil Pelajaran (A):

Bagaimana memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah berupa buku perpustakaan sebagai sumber pembelajaran di kelas.

Gali Mimpi (G):

Mempunyai pojok baca sebagai tempat bagi murid dalam menumbuhkan kecintaan untuk membaca sebagai bagian dari budaya literasi.

Jabarkan Rencana (J)

Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat untuk membuat pojok baca yang diisi dengan berbagai macam buku dari perpustakaan dan dari murid.

Atur Eksekusi (A):

Mengajak rekan sejawat dan murid untuk membuat pojok baca. 

E.  Hasil Aksi Nyata Yang Dilakukan

Keterlaksanaan dari kegiatan aksi nyata ini sebenarnya sudah dilakukan dari bulan Agustus. Adapun hasil aksi nyata dari kegiatan ini adalah adanya pojok baca di kelas sebagai sarana anak untuk belajar dalam mewujudkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

2.  Perasaan

Perasaan yang muncul dalam diri saya ketika menerapkan kegiatan aksi nyata modul 3.2 ini adalah merasa yakin bahwa banyak hal bisa dilakukan untuk mewujudkan sebuah gagasan untuk membuat sebuah program yang memanfaatkan aset sekolah. Optimis muncul saat anak-anak bersemangat dalam mendukung pembuatan pojok baca ini.

3.  Pembelajaran

Pembelajaran yang diperoleh dari keseluruhan aksi nyata:

Kegagalan

Pojok baca yang sudah dibuat belum maksimal dan perlu dibenahi lagi terutama dalam penataan tempat. Ruang yang terbatas membuat pojok baca terkesan masih sangat minim dan belum dapat memuat berbagai macam buku seperti yang diharapkan.

Keberhasilan

Mampu membuat pojok baca yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran, menumbuhkan semangat dan motivasi belajar murid karena dilakukan secara bersama tanpa kompetisi.

4.  Penerapan Ke Depan

Rencana perbaikan untuk masa mendatang mengacu pada keberhasilan yang dicapai, yaitu dapat memaksimalkan kembali pojok baca yang sudah dibuat untuk menumbuhkan minat murid dalam membaca.

 

Dokumentasi Kegiatan Aksi Nyata

 

Link video kerjasama dengan Puskesmas: 

1. https://youtu.be/w8sOgJ0LTFs

2. https://youtu.be/oy-GzTnjQlM


Foto Kegiatan Aksi Nyata



Pojok Baca Kelas 6B dan 4B


Pojok Baca Kelas 6A dan 5A

Pojok Baca Kelas 5B dan 4A

Pojok Baca Kelas 1A, 2A, dan 3A

Pojok Baca Kelas 1B, 2B, 3B



Aset SD Negeri 1 Pesawahan Bandar Lampung




Ruang Tata Usaha


Ruang Perpustakaan dan Toilet Guru


Kantin Sekolah


Bangunan Fisik Sekolah



Taman Sekolah


Ruang Guru


Lapangan Sekolah



Musholla


Tempat Parkir Kendaraan




 

Senin, 08 November 2021

3.3.a.10. Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Menumbuhkan Kegemaran Murid Untuk Membaca Melalui “Program Budaya Literasi” dengan Pembuatan Pojok Baca Kelas di SDN 1 Pesawahan untuk mewujudkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

 

Oleh : FX Deni Iswanto, S.Pd.

CGP Angkatan 2 Kota Bandar Lampung

 




Latar Belakang Aksi Nyata

Dalam kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di SDN 1 Pesawahan, kegiatan pembelajaran belum sepenuhnya mendukung proses pembelajaran yang aktif, efektif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi murid. Hal ini membuat lingkungan kelas kelas 6A SDN 1 Pesawahan belum bisa bertumbuh dan berpusat pada murid. Oleh karena itu membutuhkan sentuhan dari guru dan murid selaku modal manusia untuk mengelola lingkungan kelas sebagai aset fisik. Diharapkan hal tersebut dapat mewujudkan kondisi kelas menyenangkan seperti pengelolaan ruang kelas, pemasangan kesepakatan kelas diawal tahun ajaran baru, pembuatan pojok baca di ruang-ruang kelas sebagai bahan literasi dan menumbuhkan kegemaran membaca murid dalam literasi membaca di kelas. Program Budaya Literasi yang ada di kelas 6A SDN 1 Pesawahan diharapkan sesuai kondisi yang ada dan diharapkan keaktifan murid kelas 6A SDN 1 Pesawahan dalam kegiatan “Budaya Literasi” dengan mengaktifkan kembali kegiatan literasi melalui pembuatan pojok baca.

 



 

Program Budaya Literasi sebagai program literat di SDN 1 Pesawahan adalah salah satu pengelolaan program yang berdampak pada murid  dengan pembentukan tim literasi kelas 6A SDN 1 Pesawahan. Semua murid dibantu para guru bisa belajar mengorganisir kegiatan terkait literasi berdiferensiasi di kelasnya masing-masing. Diawali dengan pengelompokan jenis bahan bacaan oleh tim pelaksana kegiatan kemudian  kedepannya diharapkan dengan evaluasi dan umpan balik kegiatan ini akan terus dikembangkan. Program ini diharapkan menjadi program yang berkelanjutan di SDN 1 Pesawahan.

Tujuan “Program Budaya Literasi” dengan membuat pojok baca kelas di SDN 1 Pesawahan adalah untuk mewujudkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dengan menumbuhkan kegemaran membaca murid melalui “Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.

Program Budaya Literasi di SDN 1 Pesawahan telah memiliki kesepakatan kelas dan dikoordinir oleh para murid dan sebagai pemimpin kegiatan tersebut telah membuat  jadwal harian yang disepakati agar program berjalan sesuai tujuan program.

Kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dari murid untuk murid melibatkan guru dan kepala sekolah serta pertemuan rutin tim literasi untuk membahas kemajuan pelaksanaan literasi sekolah. Program ini juga tak lepas dari dukungan dari orang tua dan komite sekolah.

Lini Masa Tindakan Program

Buat Pertanyaan Utama

Bagaimana menumbuhkan kegemaran membaca murid melalui Program Budaya Literasi di SDN 1 Pesawahan?

Ambil Pelajaran

Murid yang gemar membaca mengajak teman-temannya untuk bersama-sama mengaktifkan kegiatan “Program Budaya Literasi”  di sekolah dengan memanfaatkan Pojok Baca yang telah dibuat.

Gali Mimpi

Murid yang memiliki kegemaran membaca dalam kegiatan literasi di sekolah adalah murid yang mampu menjadi teladan dan mengajak murid lain dalam Program “Budaya Literasi” di sekolah.

 



 

Guru mempunyai kebiasaan positif berliterasi serta mengarahkan murid untuk rajin membaca untuk menggiatkan “Program Budaya Literasi”.

 



 Rapat pembuatan Program Pojok Baca “Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan

 



 

Guru memotivasi murid  untuk gemar membaca baik di sekolah maupun pada lingkup keluarga di rumah.

 



 

Komunitas praktisi SDN 1 Pesawahan  terlibat dalam kegiatan “Program Budaya Literasi” di Sekolah.

 



 

Jabarkan Rencana

Program Gerakan Literasi di SDN Pesawahan dapat berjalan dengan baik dengan keterlibatan semua warga sekolah. Murid yang menjadi pelaksana kegiatan mempunyai kebebasan untuk membuat jadwal harian dengan menunjuk siapa yang memimpin dan menyiapkan buku untuk kegiatan membaca dibimbing dan diarahkan oleh guru. Orangtua dan komunitas praktisi sekolah memberikan dukungan dan motivasi pada “Program Budaya Literasi” di sekolah. Monitoring dilakukan oleh murid dan untuk murid. Evaluasi melibatkan guru, pimpinan sekolah dan orangtua murid.

Atur Eksekusi

Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah SDN 1 Peswahan yaitu ibu Hj.Rosina, S.Pd., M.M. untuk pelaksanaan kegiatan aksi nyata.

Berkolaborasi dengan teman sejawat dalam komunitas praktisi SDN 1 Pesawahan terkait rencana pelaksanaan “Program Budaya Literasi”.

Memberikan pembekalan awal kepada murid saat pembelajaran tatap muka terbatas  terkait arti penting literasi dan bentuk-bentuk kegiatan literasi yang bisa dilakukan dalam “Program Budaya Literasi” dan menyampaikan gambaran keberhasilan dalam “Program Budaya Literasi”.

Menggali minat dan potensi murid untuk memimpin dalam “Program Budaya Literasi” dengan pembuatan pojok baca di SDN 1 Pesawahan.

Melakukan pemetaan kebutuhan murid di kelas berdasarkan minat dalam “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.

Melibatkan murid sebagai tim pelaksana dalam “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.

Struktur tim meliputi penanggung jawab, pengarah, koordinator utama, koordinator harian, dan koordinator penyiapan buku dalam “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.

Membuat kesepakatan kelas terkait pelaksanaan pembiasaan membaca dalam literasi dalam bentuk pembagian jadwal piket tim pelaksana harian dalam “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.

Melakukan kolaborasi dengan orang tua untuk memberikan dukungan kepada anaknya yang memiliki kegemaran membaca berupa pengadaan buku bacaan yang variatif dalam “Program Budaya Literasi”

Menyiapkan tempat untuk menyusun buku yang diletakkan di sudut-sudut kelas dengan masing-masing jenis bahan bacaan sesuai minat murid di kelas dalam “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.

Monitoring oleh guru dan murid dilakukan selama proses literasi berdiferensiasi berlangsung dalam “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.

Evaluasi dilakukan guru dan murid setelah satu minggu pelaksanaan kegiatan dalam “Program Budaya Literasi” SDN 1 Pesawahan.

Melakukan promosi hasil pelaksanaan program ke komunitas sekitar melalui media sosial dalam “Program Budaya Literasi” SDN 1 Pesawahan.


Dukungan yang dibutuhkan pada “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan

Dukungan dari pihak sekolah terutama terkait pengadaan sarana dan prasarana berupa pengadaan rak buku dalam kegiatan “Program Budaya Literasi” SDN 1 Pesawahan di pojok baca kelas.

Dukungan dari sekolah terkait penyediaan buku bahan bacaan berbagai jenis buku dalam kegiatan “Program Budaya Literasi” SDN 1 Pesawahan.

Dukungan dari sejawat dalam komunitas praktisi sekolah untuk pelaksanaan dalam kegiatan “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.

Dukungan dari murid berupa pengadaan buku penunjang bervariasi dalam “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.

Dukungan orang tua dalam memberikan dorongan kepada anaknya agar aktif mengikuti kegiatan “Program Budaya Literasi” di SDN 1 Pesawahan.

 


 

 

Minggu, 17 Oktober 2021

Modul 3.1.a.10 Aksi Nyata - Pengammbilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

MODUL 3.1.A.10 AKSI NYATA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

OLEH

FX DENI ISWANTO, S.Pd.

CG P ANGKATAN 2

KOTA BANDAR LAMPUNG

 

 

1.    Facts ( Peristiwa )

 Latar belakang tentang situasi yang dihadapi

Sebagai wali kelas 6 yang menentukan murid untuk lulus atau tidak lulus saya merasakan hal yang sangat berat dimasa pandemi ini. Semua terasa sirna saat sekolah mulai dibuka kembali meskipun dengan suasana yang berbeda. Sedikit demi sedikit suasana pembelajaran mulai membaik.  Pembelajaran merasa lebih menarik setelah kurang lebih 1,5 tahun murid belajar secara daring. Semenjak sekolah dibuka  saya mulai mendekati satu per satu murid-murid saya. Dalam 1 minggu murid hanya 2 kali masuk sekolah selama 2 jam sedangkan target pembelajaran dalam 1 minggu menyelesaikan 6 Pb.

Semua persiapan kami lakukan untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara maksimal. Satu hal yang kami pikirkan selain dari kegiatan yang bersifat kognitif, hal yang juga tidak kalah penting yaitu “Kondisi Sosial emosional anak”.

Bagaimana kita sebagai seorang guru dapat menumbuhkan kemampuan sosial emosional anak pada masa pandemi.





Alasan saya melakukan aksi nyata ini

Saya ingin berbagi sharing dengan rekan sejawat dengan apa yang telah saya dapat dan pelajari dari setiap modul yang ada di LMS. Salah satunya yaitu Sosial Emosional Learning yang  membantu saya untuk dapat memecahkan masalah yang terjadi “Menumbuhkan  kemampuan sosial emosional anak“. Selanjutnya , dalam mengatasi masalah  yang terjadi di sekolah saya akan menerapkan “Pengambilan Keputusan sebagai  pemimpin pembelajaran dengan menerapkan 3 prinsip, 4 paradigma dan 9 langkah  pengujian pengambilan keputusan, saya akan berkoordinasi dengan kepala sekolah  untuk menjadwalkan pertemuan bersama rekan sejawat. Dalam kasus tersebut saya  mengambil paradigma Justice vs Mercy dengan prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End - Based Thinking). Disinilah kita sebagai Pemimpin Pembelajaran  mencari tahu cara memecahkan masalah yang terjadi pada masa pandemi ini dalam menumbuhkan kemampuan sosial emosional adalah hal yang terpenting untuk murid. Untuk menyelesaikan dan mengambil keputusan maka saya menerapkan dari 9  langkah pengujian dan pengambilan keputusan terhadap masalah kasus tersebut  adalah:

·         Pertama, mengenali nilai-nilai yang bertentangan. Dalam hal ini adalah jika pembelajaran secara daring dilakukan secara terus menerus maka, murid tidak mendapatkan kemampuan sosial emosional secara maksimal. Karena menumbuhkan kemampuan sosial emosional dapat dilakukan dengan cara tatap muka/bersosialisasi.

·         Kedua, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. Kepala Sekolah, Guru, orang tua dan murid.

·         Ketiga, mengumpulkan fakta yang relevan. Murid terlihat tidak aktif berkomunikasi dengan teman-temannya, malu untuk menyapa teman dan terlihat pasif dalam pembelajaran.

·         Keempat, melakukan pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran dan uji panutan. Kesimpulannya tak ada pelanggaran hukum maupun moral tetapi hal ini berlangsung terus menerus maka kemampuan sosialisasi anak tidak tumbuh dan berkembang dengan baik.

·         Kelima, pengujian paradigma benar lawan benar yakni rasa keadilan lawan rasa  kasihan.

·         Keenam, Melakukan 3 prinsip resolusi Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End - Based Thinking).

·         Ketujuh, investigasi opsi trilemma. Membuat program (Budaya Literasi), yaitu mengajak murid membaca buku sebelum memulai pembelajaran dan emancing siswa untuk aktif dalam pembelajaran deng an bertanya jawab setelah membaca buku.

·         Kedelapan, membuat keputusan: Tetap memberikan pembelajaran yang dapat memantik murid untuk menumbuhkan kemampuan sosial emosional secra terjadwal.

·         Kesembilan, melihat kembali keputusan dan melakukan refleksi. Meminta rekan sejawat untuk bersama-sama melakukan refleksi terhadap kasus dilema etika tersebut sehingga jika berdampak baik bagi murid maka akan dijadikan program selama masa pandemi.

2.    Perasaan (Feelings)

Adanya rasa kasih sayang, tanggung jawab dan peduli terhadap tumbuh kembang murid secara optimal di masa Emas (Golden Age).

Yakin dan optimis program tersebut dapat dilaksanakan.

3.    Pembelajaran (Findings)

Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan keseluruhan aksi (baik dari  kegagalan maupun keberhasilan) :

Perlu adanya komunikasi, koordinasi dan kolaborasi atau kerjasama yang  solid dengan seluruh steakholder yang ada di sekolah sebagai panutan.

Menentukan siapa-siapa yang terlibat, fakta yang relevan, dan manfaat yang akan di peroleh.

Adanya komitmen dan mau mengevaluasi sebagai bentuk refleksi.

4.    Penerapan Kedepan (Future)

Rencana perbaikan untuk di masa mendatang

Saya sebagai calon guru penggerak akan melakukan pendekatan secara personal terhadap murid untuk bersama-sama mendukung dan menjalankan “Program Budaya Literasi” dengan tetap menjaga dan melaksanakan protocol kesehatan saat belajar di sekolah.

Keterampilan pengambilan keputusan pada kasus yang mengandung dilema etika dengan mempertimbangkan empat paradigma dilema etika, tiga prinsip resolusi, sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan harus terus diasah dan dipraktikkan dengan melibatkan kepala sekolah, teman sejawat serta murid sebagai yang paling terdampak dari keputusan yang  kita buat.

Sebagai pendidik, mari mengaktualisasikan semua harapan dan cita-cita dalam perjuangan nyata agar menjadi penggerak bagi ekosistem sekolah dan lingkungan sekitar. Semoga pendidik menjadi penerang dan membawa perubahan besar bagi pendidikan di Indonesia. Tetaplah semangat untuk terus bergerak karena perjalanan kita sebagai pendidik masih panjang.

 


#guru_bergerak

#Indonesia_maju