3.3.a.9. KONEKSI
ANTAR MATERI
OLEH
FX DENI ISWANTO, S.Pd.SD
CGP ANGKATAN 2 KOTA BANDAR LAMPUNG
Pengelolaan Program yang Berdampak pada
Murid
Refleksi Filosofi Pendidikan
Indonesia Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan
itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat
anak sehingga dapat
memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang
coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat
(potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia
maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan
namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak
terpancar dari dirinya.
Perguruan Taman Siswa memiliki pedoman
bagi seorang guru yang disebut Patrap Triloka. Konsep yang sangat populer
ini dikembangkan oleh Suwardi Suryaningrat (nama lain Ki Hajar Dewantara), yaknia: Ing ngarsa sung
tuladha (di depan memberi teladan), Ing madya mangun karsa (di
tengah membangun karsa/kemauan/semangat), Tut wuri
handayani (dari belakang mendukung). Hal
inipun juga tidak lepas dari zaman sekarang ini yang
dimana serba modern dan filosofi
diatas sangat masih kontekstual untuk diterapkan, meneladani filosofi Pratap Triloka
dalam mengambil keputusan
merupakan ciri dari seorang guru
sebagai pemimpin pembelajaran.
Nilai dan Peran Guru Penggerak
Pada
penerapan Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran, Nilai dan Peran Guru Penggerak menjadi sangat penting.
Nilai dan peran guru, yang Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, dan Berpihak pada anak, menjadi
dasar yang sangat
kuat bagi guru untuk Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila
yang Merdeka Belajar. Disetiap pengambilan keputusan berpegang
pada prinsip-prinsip yang berpihak kepada murid, seorang pemimpin pembelajaran harus mampu memahami
perannya sebagai pendidik, mampu membangun
motivasi intrinsik dalam diri maupun bagi murid.
Visi Guru Penggerak
Guru
dapat mendesain lingkungan belajar
yang memungkinkan tumbuhnya
murid merdeka yang memiliki kemandirian dan
motivasi intrinsik yang tinggi? Maka atas pertanyaan itulah, guru
perlu terus berlatih meningkatkan
kapasitas dirinya dalam memvisualisasikan harapan, menggandeng sesama dan mentransformasikannya
menjadi harapan bersama. Dari sana, baru kemudian dilanjutkan dengan
segala upaya gotong-royong yang
diperlukan demi pencapaian harapan bersama tersebut. Harapan kita adalah visi kita. Visi kita sekarang adalah masa depan murid kita. Masa depan
murid kita adalah masa depan bangsa kita, Indonesia.
Budaya Positif
Pendidikan dalam masa pandemi masih
memunculkan banyak masalah karena fasilitas yang kurang memadai. Disini
saya akan memunculkan budaya positif. Untuk menjadikan kebiasaan positif di kelas menjadi
sebuah budaya sekolah
dan visi sekolah
tentunya dibutuhkan pemikiran dan kesepakatan bersama
yang digali dari ide yang dicapai
bersama yang dituangkan berdasarkan mimpi-mimpinya, nilai-nilai yang diyakini oleh warga sekolah, dan impian normatif kolektif warga sekolah.
Masing-masing guru dapat menyampaikan
praktik baik yang sudah dilakukan di kelasnya masing-masing untuk kemudian sekiranya baik
dapat diadopsi dan diadaptasi menjadi praktik baik sekolah. Dari hal tersebut
kita dapat menggali nilai-nilai budaya
positif dan kebiasaan
positif apa yang menjadi budaya
positif sekolah untuk
kemudian dituangkan secara tertulis menjadi visi sekolah.
Pembelajaran Berdeferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah
serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru
yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang
dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
1.
Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang”
murid untuk belajar dan bekerja keras
untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian
juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu
bahwa akan selalu ada dukungan
untuk mereka di sepanjang prosesnya.
2.
Kurikulum yang memiliki
tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara
jelas.
Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
3.
Penilaian berkelanjutan.
Bagaimana guru tersebut
menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian
formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih
ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
4.
Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan
belajar muridnya.
Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan
belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda,
cara yang berbeda,
dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
5.
Manajemen kelas yang efektif.
Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga
walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Pembelajaran Sosial dan Emosional
Memiliki kecerdasan intelektual tidak cukup menjadikan seseorang menjadi sukses, karena disaat kita tidak memiliki sosial-emosional yang baik
maka kita tidak dapat melakukan interaksi yang baik pula dengan orang lain. Demikian sebaliknya disaat
sosial emosional baik maka kita dapat mengatur segala macam emosi (sedih, gembira, haru, tawa, simpati, empati) yang keluar di waktu yang tepat.
Kesuksesan tidak hanya di dapatkan dari pendidikan yang tinggi atau nilai akademik
yang tinggi. Namun Kesuksesan
bisa di dapat dari rasa sosial-emosional yang baik sehingga dengan demikian ia
akan bermanfaat bagi orang-orang yang ada
disekitarnya.
Pembelajaran sosial emosional adalah
proses pembelajaran yang dimulai
dengan pembentukan kesadaran dan kontrol diri serta kemampuan dalam berkomunikasi. Hal ini penting
diberikan kepada anak didik agar mereka
mampu bertahan dan sekaligus dapat
mengatasi setiap permasalahan sosial emosional yang dialaminya. Pembelajaran ini dapat dilakukan
dengan cara latihan
berkesadaran penuh (mindfulness).
Salah
satu latihan diri yang dapat digunakan adalah
dengan teknik STOP,
yaitu: S: Stop (berhenti sejenak),
T: Take a deep break (Menarik
nafas dalam), O: Observe (Mengamati apa yang terjadi pada tubuh,
pikiran dan perasaan), P: Proceed
(Lanjutkan).
Dalam
menumbuhkan dan mengembangkan pembelajaran sosial emosional
tersebut, ada 5 kompetensi
dasar yang dapat dikembangkan yaitu:
1.
Kesadaran diri;
2.
Pengelolaan diri;
3.
Kesadaran sosial (Empati);
4.
Keterampilan sosial (Resiliensi) dan
5.
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Coaching
Coaching adalah salah satu praktik pembelajaran yang berpihak kepada
murid, couching itu adalah sebuah proses kolaborasi
yang berfokus pada solusi,
berorientasi pada hasil dan sistematis,
dimana coach memfasilitasi peningkatan
atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. (Grant, 1999). Couching dapat melejitkan potensi yag dimiliki seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya, diri dan kemampuan
serta potensi yang dimilikinya.
Coaching lebih
kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya, segala solusi
dan keputusannya diberikan
kepada coachee mana yang menjadi
pilihannya, peran coach
hanya membantu dan mengarahkan saja. 4 kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang coach,
yaitu: Keterampilan Membangun
proses coaching (terkait dengan Penerapan KSE) Keterampilan membangun
hubungan baik (terkait dengan nilai dan peran Guru penggerak)
Keterampilan berkomunikasi (terkait
dengan filosofi dan pembelajaran berdiferensiasi) Keterampilan memfasilitasi
proses pembelajaran (terkait dengan proses Inquiry apresiatif dan BAGJA) TIRTA : satu model
coaching untuk konteks pendidikan.
Model
TIRTA dikembangkan dengan
semangat merdeka belajar yang menuntut
guru untuk memiliki keterampilan coaching.
Hal ini penting
mengingat tujuan coaching
yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui
model TIRTA, guru diharapkan dapat
melakukan praktik coaching
di komunitas sekolah dengan mudah. TIRTA kepanjangan dari T: Tujuan I: Identifikasi R: Rencana aksi TA: Tanggung jawab.
Dengan menjalankan metode TIRTA ini, harapannya seorang guru dapat semakin mudah dapat menjalankan perannya sebagai coach dan Praktik coaching sebagai salah
satu praktik baik menjadi Budaya positif yang
melekat sebagai dedikasi bagi guru yang bisa dilakukan secara menyeluruh
pada ekosistem sekolah demi mewujudkan
Profil Pelajar Pancasila yang Merdeka Belajar.
Teknik coaching sejatinya merupakan
teknik komunikasi asertif untuk mengali potensi dan memaksimalkannya yang dimana hal tersebut penting
dilakukan dan diterapkan sebelum pengambilan keputusan, terutama dalam tahap pengujian serta 9 langkah
pengambilan keputusan.
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Banyak hal dalam hidup ini yang harus dipikirkan dengan bijaksana terutama berkaitan dengan pengambilan suatu keputusan. Sering kali
bertindak terlebih dahulu tanpa memikirkan apakah itu keputusan
yang tepat untuk diambil atau tidak. Ataukah
keputusan yang akan diambil dapat melukai hati orang lain yang membuat suasana tidak nyaman dalam
suasana kerja yang sifatnya adalah kerja team.
Akan tetapi dalam
mengambil keputusan dengan
dalil demi "menyehatkan" diri dan bathin
sendiri tanpa memikirkan pendapat dan perasaan orang lain, yang akhirnya memunculkan dilema dalam diri apakah keputusan itu saya lakukan demi kebaikan orang banyak.
Ketika kita menghadapi sebuah dilema akan ada nilai-nilai
kebajikan yang mendasari yang bertentangan dan harus menjadi pilihan, karena nilai dan prinsip sangat berkaitan erat dan merupakan
unsur yang tidak terpisahkan dari prilaku manusia
disadari maupun tidak kedua hal inilah yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan.
Seorang pemimpin pembelajaran tentunya
diharapkan mampu mengambil
keputusan yang dapat membawa dampak positif pada terciptanya lingkungan yang kondusif, aman dan nyaman bagi
murid sehingga mampu membuat sebuah perubahan
yang lebih baik yang dapat mempengaruhi kehidupan di lingkungan sosial di
sekitarnya serta dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang berpusat pada murid agar kedepannya murid dapat merasakan kemerdekaan belajar yang sebenarnya.
Adapun
kesulitan-kesulitan yang terjadi dapat diatasi dengan menerapkan 4
Paradigma, 3 Prinsip pengambilan keputusan
dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan itu sendiri. Dengan melibatkan kepala sekolah, rekan guru bahkan warga sekolah
demi mendapatkan keputusan yang sesuai dengan
kebutuhan murid. Pengambilan keputusan yang tepat akan sangat berdampak pada murid, yang dimana peningkatan disiplin dan cara belajar murid dapat dengan instan meningkatkan kualitas
mutu sekolah.
Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan
dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya karena seorang pemimpin pembelajaran terutama dalam
bidang pendidikan mampu memberikan
dampak positif bagi lingkungannya, guru bisa mengarahkan potensi yang ada pada murid
sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya, keputusan yang diambil tentunya adalah keputusan terbaik
dan efektif bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri.
Pemimpin Dalam Pengelolahan Sumber Daya
Mengelola sumber daya merupakan hal
yang sangat penting dilakukan dalam suatu komunitas salah satunya adalah di lingkungan sekolah, optimalnya adalah suatu lembaga
pendidikan atau sekolah
memiliki sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk mencapai suatu tujuan visi dan misi yang sudah direncanakan, pentingnya mengelola sumber daya adalah untuk memberdayakan sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber daya lingkungan apa bila hal ini tidak di kelola dengan
baik maka akan membawa dampak yang kurang baik, bisa menjadikan suatu komunitas mati suri atau diam di tempat bahkan
tidak mampu bersaing
di dalam dunia pendidikan, mengelola sumber daya adalah
tanggung jawab bersama dari semua anggota komunitas
yang ada sehingga bersama sama mencapai hasil yang maksimal,
dengan demikian maka suatu komunitas
atau sekolah harus mampu mengoptimalkan sumber daya secara maksimal.
Salah satu contoh komunitas adalah sekolah, dalam proses pelaksanaan
pembelajaran dibutuhkan seorang
pemimpin.
Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid
Hal-hal menarik yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan bagaimana
benang merah yang bisa Anda tarik dari keterkaitan antarmateri yang diberikan dalam modul 3.3?
Jawaban :
Setiap sekolah memiliki kekuatan/aset yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan dalam sebuah program sekolah yang berdampak pada murid. Program
Sekolah adalah program pendidikan yang diterapkan
khusus untuk sekolah sesuai
dengan tujuan yang diinginkan sekolah yang disesuaikan dengan aset/kekuatan yang dimilki atau yang ada
disekolah dan program yang disusun merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan
tidak hanya satu kali tetapi berkesinambungan oleh karena itu program sekolah harus dikelola
dengan baik.
Adapun hal baik dari modul pengelolaan program yang berdampak pada murid yakni calon guru penggerak mampu
mengidentifikasi bentuk-bentuk program
yang berdampak pada murid, mampu mengidentifikasi tahapan membuat program, mampu memahami proses perencanaan program
sampai pelaporan program dengan menggunakan strategi Monitoring, Evaluasi, Learning dan Reporting (MELR)
dan mampu mengidentifikasi manajemen risiko dari sebuah program.
Apakah kaitan antara pemetaan sumber
daya dengan perencanaan program sekolah yang berdampak pada murid?
Jawaban :
Program sekolah yang berdampak
pada murid yakni program yang berfokus pada pengembangan potensi,
bakat dan minat belajar murid dan di sertai budaya positif yang membuat setiap murid merasa
berbahagia belajar di sekolah dan kaitannya dengan pemetaan sumber daya sangatlah erat
dimana untuk saat ini sekolah telah menanfaatkan beberapa modal
berbasis aset dan kekuatan, salah satunya modal lingkungan/alam, murid belajar di alam dengan memanfaatkan lingkungan sekolah yang luas dan asri hal ini
sangat signifikan dengan
program yang berdampak pada murid.
Adakah materi dalam modul lain/paket
modul lain yang berhubungan dengan materi dalam modul
3.3. ini? Jabarkanlah jika ada.
Jawaban :
Perencanaan merupakan langkah awal
yang harus ditempuh sebelum melaksanakan suatu kegiatan program, agar kegiatan
tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan harapan yang diinginkan. Namun perlu adanya kerjasama oleh semua pihak,
dan upaya yang konsisten dan berkesinambungan.
Dalam
merancang sebuah program
sekolah yang berdampak pada murid dapat dilakukan melalui
tahapan BAGJA
yang menggunakan paradigma
inkuiri apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan
perubahan yang berbasis kekuatan.
o Kaitan Dengan Modul Filosofi
Ki Hajar Dewantara, (Program sekolah yang
berdampak pada murid dapat mendukung merdeka belajar
dan menuntun murid agar kodrat alam atau potensinya dapat berkembang secara
optimal).
o Kaitan Dengan Modul Inkuiri apresiatif, (Program sekolah yang berdampak pada murid dapat dilakukan dengan pendekatan inkuiri apresiatif melalui langkah BAGJA (melihat kekuatan
sekolah lalu dikembangkan agar memiliki ciri khas) yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan
yang berbasis kekuatan).
o Kaitan dengan modul pengelolaan aset sekolah, (Program sekolah yang berdampak pada murid bisa dilakukan
dan berjalan dengan baik yaitu dengan
mengoptimalkan serta memberdayakan aset sekolah agar lebih berdaya
guna).
Bagaimana kaitan dari semua materi
tersebut dengan peran Anda sebagai
guru penggerak?
Jawaban :
Kaitan dari semua materi dengan peran sebagai guru penggerak yakni untuk mewujudkan merdeka belajar dan menuntun murid dalam mengoptimalkan kodrat (potensinya). Karena itu guru penggerak harus mampu memetakan aset
sekolah, mengelola aset tersebut dan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah (inkuiri apresiatif) dalam merancang program yang berdampak
pada murid dengan tetap mengacu kepada tahapan BAGJA dan tahapan-tahapan yang lainnya.
Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik
dari pembelajaran modul materi ini
dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah untuk mewujudkan transformasi pendidikan harus dimulai dari diri sendiri, bagaimana cara kita dalam mengambil
suatu keputusan yang tepat dan efektif bagi banyak orang yang tentunya
keputusan tersebut memberikan dampak positif baik untuk murid kita, rekan guru
maupun lingkungan kita serta pengambilan keputusan hendaknya tetap memperhatikan nilai-nilai kebajikan dan tidak
bertentangan terhadap paradigma, prinsip maupun langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tetap mengedepankan pengelolaan program yang berdampak pada murid.