Powered By Blogger

Minggu, 17 Oktober 2021

Modul 3.1.a.10 Aksi Nyata - Pengammbilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

MODUL 3.1.A.10 AKSI NYATA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

OLEH

FX DENI ISWANTO, S.Pd.

CG P ANGKATAN 2

KOTA BANDAR LAMPUNG

 

 

1.    Facts ( Peristiwa )

 Latar belakang tentang situasi yang dihadapi

Sebagai wali kelas 6 yang menentukan murid untuk lulus atau tidak lulus saya merasakan hal yang sangat berat dimasa pandemi ini. Semua terasa sirna saat sekolah mulai dibuka kembali meskipun dengan suasana yang berbeda. Sedikit demi sedikit suasana pembelajaran mulai membaik.  Pembelajaran merasa lebih menarik setelah kurang lebih 1,5 tahun murid belajar secara daring. Semenjak sekolah dibuka  saya mulai mendekati satu per satu murid-murid saya. Dalam 1 minggu murid hanya 2 kali masuk sekolah selama 2 jam sedangkan target pembelajaran dalam 1 minggu menyelesaikan 6 Pb.

Semua persiapan kami lakukan untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara maksimal. Satu hal yang kami pikirkan selain dari kegiatan yang bersifat kognitif, hal yang juga tidak kalah penting yaitu “Kondisi Sosial emosional anak”.

Bagaimana kita sebagai seorang guru dapat menumbuhkan kemampuan sosial emosional anak pada masa pandemi.





Alasan saya melakukan aksi nyata ini

Saya ingin berbagi sharing dengan rekan sejawat dengan apa yang telah saya dapat dan pelajari dari setiap modul yang ada di LMS. Salah satunya yaitu Sosial Emosional Learning yang  membantu saya untuk dapat memecahkan masalah yang terjadi “Menumbuhkan  kemampuan sosial emosional anak“. Selanjutnya , dalam mengatasi masalah  yang terjadi di sekolah saya akan menerapkan “Pengambilan Keputusan sebagai  pemimpin pembelajaran dengan menerapkan 3 prinsip, 4 paradigma dan 9 langkah  pengujian pengambilan keputusan, saya akan berkoordinasi dengan kepala sekolah  untuk menjadwalkan pertemuan bersama rekan sejawat. Dalam kasus tersebut saya  mengambil paradigma Justice vs Mercy dengan prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End - Based Thinking). Disinilah kita sebagai Pemimpin Pembelajaran  mencari tahu cara memecahkan masalah yang terjadi pada masa pandemi ini dalam menumbuhkan kemampuan sosial emosional adalah hal yang terpenting untuk murid. Untuk menyelesaikan dan mengambil keputusan maka saya menerapkan dari 9  langkah pengujian dan pengambilan keputusan terhadap masalah kasus tersebut  adalah:

·         Pertama, mengenali nilai-nilai yang bertentangan. Dalam hal ini adalah jika pembelajaran secara daring dilakukan secara terus menerus maka, murid tidak mendapatkan kemampuan sosial emosional secara maksimal. Karena menumbuhkan kemampuan sosial emosional dapat dilakukan dengan cara tatap muka/bersosialisasi.

·         Kedua, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. Kepala Sekolah, Guru, orang tua dan murid.

·         Ketiga, mengumpulkan fakta yang relevan. Murid terlihat tidak aktif berkomunikasi dengan teman-temannya, malu untuk menyapa teman dan terlihat pasif dalam pembelajaran.

·         Keempat, melakukan pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran dan uji panutan. Kesimpulannya tak ada pelanggaran hukum maupun moral tetapi hal ini berlangsung terus menerus maka kemampuan sosialisasi anak tidak tumbuh dan berkembang dengan baik.

·         Kelima, pengujian paradigma benar lawan benar yakni rasa keadilan lawan rasa  kasihan.

·         Keenam, Melakukan 3 prinsip resolusi Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End - Based Thinking).

·         Ketujuh, investigasi opsi trilemma. Membuat program (Budaya Literasi), yaitu mengajak murid membaca buku sebelum memulai pembelajaran dan emancing siswa untuk aktif dalam pembelajaran deng an bertanya jawab setelah membaca buku.

·         Kedelapan, membuat keputusan: Tetap memberikan pembelajaran yang dapat memantik murid untuk menumbuhkan kemampuan sosial emosional secra terjadwal.

·         Kesembilan, melihat kembali keputusan dan melakukan refleksi. Meminta rekan sejawat untuk bersama-sama melakukan refleksi terhadap kasus dilema etika tersebut sehingga jika berdampak baik bagi murid maka akan dijadikan program selama masa pandemi.

2.    Perasaan (Feelings)

Adanya rasa kasih sayang, tanggung jawab dan peduli terhadap tumbuh kembang murid secara optimal di masa Emas (Golden Age).

Yakin dan optimis program tersebut dapat dilaksanakan.

3.    Pembelajaran (Findings)

Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan keseluruhan aksi (baik dari  kegagalan maupun keberhasilan) :

Perlu adanya komunikasi, koordinasi dan kolaborasi atau kerjasama yang  solid dengan seluruh steakholder yang ada di sekolah sebagai panutan.

Menentukan siapa-siapa yang terlibat, fakta yang relevan, dan manfaat yang akan di peroleh.

Adanya komitmen dan mau mengevaluasi sebagai bentuk refleksi.

4.    Penerapan Kedepan (Future)

Rencana perbaikan untuk di masa mendatang

Saya sebagai calon guru penggerak akan melakukan pendekatan secara personal terhadap murid untuk bersama-sama mendukung dan menjalankan “Program Budaya Literasi” dengan tetap menjaga dan melaksanakan protocol kesehatan saat belajar di sekolah.

Keterampilan pengambilan keputusan pada kasus yang mengandung dilema etika dengan mempertimbangkan empat paradigma dilema etika, tiga prinsip resolusi, sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan harus terus diasah dan dipraktikkan dengan melibatkan kepala sekolah, teman sejawat serta murid sebagai yang paling terdampak dari keputusan yang  kita buat.

Sebagai pendidik, mari mengaktualisasikan semua harapan dan cita-cita dalam perjuangan nyata agar menjadi penggerak bagi ekosistem sekolah dan lingkungan sekitar. Semoga pendidik menjadi penerang dan membawa perubahan besar bagi pendidikan di Indonesia. Tetaplah semangat untuk terus bergerak karena perjalanan kita sebagai pendidik masih panjang.

 


#guru_bergerak

#Indonesia_maju


Tidak ada komentar:

Posting Komentar